PEREKONOMIAN INDONESIA
TUGAS SOFTSKILL 7
NAMA
: MUHAMMAD ANDHIKA PRATAMA
KELAS
:1EB14
NPM
: 24215501
DOSEN PEMBIMBING
: SULASTRI
KEMISKINAN
DAN KESENJANGAN
Dalam menghadapi persoalan
ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini, begitu banyak hal-hal yang harus
dihadapi pemerintah untuk mewujudkan Indonesia lebih sejahtera. Dari semua
permasalahan yang terjadi, kemiskinan serta kesenjangan pada masyarakat
merupakan dua hal yang tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah untuk
mewujudkan perekonomian yang lebih baik. Namun sebelumnya apakah itu kemiskinan
dan kesenjangan? Adakah pengaruhnya bagi perekonomian Indonesia? Berikut penjelasannya.
A.
KONSEP
DAN PENGERTIAN KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan hal yang
selalu kita dengar setiap waktunya, dan terkadang sering dihubungkan dengan
kesenjangan. Namun, apakah kemiskinan dan kesenjangan itu sama? Atau mempunyai
suatu hubungan yang sama?
Definisi
kemiskinan secara umum adalah keadaan di mana terjadinya ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal,
kesehatan, pendidikan, dan lainnya.
Konsep kemiskinan sendiri dapat dilihat dari
dua sisi yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan absolut
dan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu pada kepemilikan materi yang
dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau sekitarnya. Kedua
istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (sosial distinction) yang ada dalam
masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan.
Perbedaannya adalah dalam
kemiskinan absolute, ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan dengan
angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau criteria yang
digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan
ditentukan berdasarkan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk.
B.
GARIS KEMISKINAN
Garis kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu
dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukup di suatu negara. Garis
kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk
mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi,
contohnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran
untuk menanggulangi kemiskinan.
C.
PENYEBAB DAN DAMPAK KEMISKINAN
Kemiskinan dapat dilihat atau dihubungkan dengan beberapa
penyebab sebagai berikut:
·
Penyebab individual atau patologis, yang melihat
kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan seseorang
·
Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan
dengan pendidikan keluarga atau jumlah anggota yang tidak sebanding dengan
pendapatan keuangan keluarga
·
Penyebab sub-budaya, yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam
lingkungan sekitar
·
Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi
·
Penyebab struktural, yang memberikan alasan
bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial
Serta kemiskinan sendiri dapat menyebabkan beberapa dampak
yang tentunya dapat merugikan perekonomian negara maupun masyarakatnya, yaitu:
1. Tingkat
pengangguran semakin tinggi
2. Tingkat
kriminalitas semakin tinggi
3. Harapan
pendidikan semakin rendah dan banyak yang mengalami putus sekolah
4. Harapan
kesehatan semakin rendah dan banyak rakyat miskin yang sulit mendapatkan akses
kesehatan
5. Buruknya
generasi penerus bangsa
D.
PERTUMBUHAN,
KESENJANGAN, DAN KEMISKINAN
· Hubungan
Pertumbuhan dengan Kesenjangan
Hipotesis Kuznets menyatakan bahwa pada tahap awal pembangunan
tingkat kemiskinan meningkat dan pada tahap akhir pembangunan tingkat
kemiskinan menurun.
Dari penelitian
tersebut ditemukan kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan per kapita
dalam kurva yang berbentuk huruf U terbalik. Kurva tersebut menggambakan
terjadinya evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari
ekonomi pedesaan (pertanian) ke ekonomi perkotaan (industri)
· Hubungan
antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pertumbuhan output agregat PDB atau
Pendapatan Nasional maupun pertumbuhan output sektoral terhadapa pengurangan
jumlah orang miskin. Ravallion dan Datt
(1996) di India menemukan bahwa pertumbuhan output di sektor-sektor primer
(pertanian) jauh lebih efektif terhadap penurunan kemiskinan dibandingan
sektor-sektor sekunder. Kakwani (2001) di
Filipina menyatakan bahwa peningkatan 1% output di sektor pertanian dapat mengurangi
jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sedikit di atas 1%. Sedangkan
persen pertumbuhan yang sama di sektor industri dan jasa hanya mengakibatkan
pengurangan kemiskinan sebesar 0,25-0,3%
E.
BEBERAPA INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
1.
Indikator Kesenjangan
Ada sejumlah cara
untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi
menjadi dua kelompok pendekatan, yaitu axiomatic dan stochastic dominance. Yang
sering digunkan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan
tiga alat ukur, yaitu:
·
The Generalized Entropy (GE)
·
Ukuran Atkinson
·
Koefisien Gini
Yang biasanya
digunakan adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada 0-1 yang
berarti:
·
Jika nilainya 0 = kemerataan sempurna (setiap
orang mendapat jumlah yang sama dari pendapatan)
·
Jika nilainya 1 – ketidakmerataa yang sempurna
dalam pembagian pendapatan
2.
Indikator Kemiskinan
Badan Pusat
Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan
per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum pangan dan bukan pangan
(BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum pangan digunakan patokan 2.100 kalori per
hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan pangan meliputi pengeluaran
untuk sandang, papan, serta aneka barang dan jasa.
BPS menggunakan dua
macam pendekatan, di antaranya:
·
Pendekatan
kebutuhan dasar (basic needs approach)
Kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampun dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun
non makanan yang bersifat mendasar
·
Pendekatan
Head Count Index (HCI)
Jumlah dan
persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line)
F.
KEMISKINAN DI INDONESIA
Berikut merupakan
perkembangan tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia yang dilihat dari
jumlah penduduk miskin pada setiap tahunnya baik di daerah kota maupun desa
serta persentasenya.
TABEL JUMLAH DAN PERSENTASE
PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA
TAHUN 1996 – 2008
|
Tahun
|
Jumlah Penduduk Miskin (juta)
|
Persentase penduduk miskin (%)
|
||||
|
Kota
|
Desa
|
Total
|
Kota
|
Desa
|
Total
|
|
|
1996
|
9.42
|
24.59
|
34.01
|
13.39
|
19.78
|
17.47
|
|
1998
|
17.60
|
31.90
|
49.50
|
21.92
|
25.72
|
24.23
|
|
1999
|
15.64
|
32.33
|
47.97
|
19.41
|
26.03
|
23.43
|
|
2000
|
12.30
|
26.40
|
38.70
|
14.60
|
22.38
|
19.14
|
|
2001
|
8.60
|
29.30
|
37.90
|
9.76
|
28.84
|
18.41
|
|
2002
|
13.30
|
25.10
|
38.40
|
14.46
|
21.10
|
18.21
|
|
2003
|
12.20
|
25.10
|
37.30
|
13.57
|
20.23
|
17.42
|
|
2004
|
11.40
|
24.80
|
36.20
|
12.13
|
20.11
|
16.66
|
|
2005
|
12.40
|
22.70
|
35.10
|
11.68
|
19.98
|
15.97
|
|
2006
|
14.49
|
24.81
|
39.30
|
13.47
|
21.81
|
17.75
|
|
2007
|
13.56
|
23.61
|
37.17
|
12.52
|
20.37
|
16.58
|
|
2008
|
12.77
|
22.19
|
34.96
|
11.65
|
18.93
|
15.42
|
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data yang didapat oleh Badan Pusat Statistik, dapat
disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia bisa dikatakan bahwa pada
tahun 1998, Indonesia mengalami tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, namun
tingkat tersebut terus menurun hingga tahun 2001 dan terjadi fluktuasi hingga
tahun 2008.
G.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Menurut Kartasasmita (1996) dijelaskan bahwa penyebab terjadinya
kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor yang diantaranya sebagai berikut:
·
Rendahnya
tingkat pendidikan, yang menyebabkan pengembangan diri yang terbatas
·
Rendahnya
tingkat kesehatan, di mana tingkat kesehatan dan gizi yang rendah
menyebabkan daya tahan fisik, daya pikir, serta prakarsa menjadi rendah pula.
Akibatnya, yaitu bargaining position
mereka dalam hampir seluruh kegiatan ekonomi menjadi lemah
·
Terbatasnya
lapangan kerja, selama lapangan pekerjaan atau kegiatan usaha masih adam
harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan masih dapat dilakukan
·
Kondisi
keterisolasian, dalam kondisi terpencil atau terisolasi penduduk akan
kurang mampu menjalankan roda perekonomiannya
Dan tentunya, beberapa faktor lainnya seperti:
·
Kurangnya dukungan/perhatian dari pemerintah
·
Rendahnya tingkat produktivitas
·
Kurangnya kualitas sumber daya manusia
·
Penggunaan teknologi yang masih kurang
·
Kemiskinan merupakan suatu budaya
H.
KEBIJAKAN ANTI KEMISKINAN
Kebijakan anti kemiskinan dan distribusi pendapatan mulai
muncul sebagai salah satu kebijakan yang sangat penting dari lembaga-lembaga
dunia, seperti Bank Dunia, ADB, ILO, UNDP, dan lembaga lainnya.
Pada tahun 1990, Bank Dunia melalui lapoorannya yaitu World
Development Report on Proverty menyatakan bahwa suatu peperangan yang berhasil
melawan kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front, yaitu:
(i)
Pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang
menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelompok miskin
(ii)
Pengembangan Sumber Daya Manusia (pendidikan,
kesehatan, gizi) yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik yang untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi
(iii)
Membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka
yang diantara penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan
keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan perkembangan SDM akibat
ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi
secara fisik
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi
kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan
sasaran atau tujuan yang dapat dibagi berdasarkan waktunya, yaitu:
1. Intervensi
Jangka Pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan perekonomian pedesaan
2. Intervensi
Jangka Menengah dan Panjang, yang terdiri dari:
a. Pembangunan
sektor swasta
b. Kerjasama
regiona;
c. APBN
dan adminstrasi
d. Desentralisasi
e. Pendidikan
dan Kesehatan
f. Penyediaan
air bersih dan pembangunan pedesaan
REFERENSI:
·
https://id.wikipedia.org/wiki/Garis_kemiskinan
·
http://alvianfirman.blogspot.co.id/2015/04/definisi-kemiskinan-penyebab-dampak-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar